Perkataan diatas adalah I’tiqod yang melanggar sunnah karena rasulullah ‘alaihi sholatu wa salam pernah ditanya oleh jibril ‘alaihi salam dari hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar radiyallahu anhuma: فأخبرني عن الإيمان. قال: “أن تؤمن بالله، وملائكته، وكتبه، ورسله، واليوم الآخر. وتؤمن بالقدر خيره وشره” Artinya: Kabarkanlah kepadaku tentang iman, rasulullah sholallahu ‘alaihi wa salam berkata :”supaya engkau beriman kepada Allah subhanuhu wa ta’ala, malaikat-Nya, kitab-Nya, rasul-Nya, hari akhir, dan supaya engkau beriman kepada takdir baik dan buruk”. (imam muslim, abu dawud, tirmidzi, nasa’I, ibn majah, ahmad) Jadi kebaikan dan keburukan keduanya datang dari Allah azza wa jalla, barang siapa yang memisahkan keduanya (artinya yang satu datang dari Allah jalla wa ‘ala dan yang lain datang dari selainNya) maka dia telah memperpanjang madzhab qodariyah. Memang pada awalnya mereka yang bermadzhab qodariyah telah menafikan seluruh takdir Allah azza wa jalla, akan tetapi pada zaman setelahnya mereka menetapkan takdir tetapi memisahkan antara yang baik dan buruk, seperti perkataan al imam Nawawiy rahimahullah ta’ala : وصارت القدرية فى الأزمان المتأخرة تعتقد إثبات القدرة ولكن يقولون الخير من الله والشر من غيره Artinya: Al qodariyah pada zaman terakhir ini mereka telah menetapkan takdir akan tetapi mereka berkata kebaikan datang dari Allah azza wa jalla dan yang buruk datang dari yang selainNya. (syarh shahih muslim juz 1 hal.131) Karena itu rasulullah ‘alaihi sholatu wa salam menyerupakan Qodariyah dengan Majusi, seperti sabdanya: القدرية مجوس هذه الأمة Artinya: Al Qdariyah adalah Majusinya umat ini. (abu dawud dan al hakim dalam kitab al mustadrok dan dia berkata : hadits shahih atas syarat bukhory dan muslim) Dan menanggapi hadits diatas berkata Al Khothoby rahimahullah ta’ala : بالأصلين قولهم فى المجوس مذهب مذهبهم لمضاهات مجوسا وسلم عليه الله صلى جعلهم انما ثنوية فصاروا الظلمة فعل من والشر النور فعل من الخير ان والظلمة النور Artinya: Bahwasanya rasulullah ‘alaihi sholatu wa salam menjadikan mereka sebagai seorang majusi untuk menjelaskan madzhab mereka ya’ni madzhab majusi karena perkataan mereka (al qodariyah) tentang dua asal yaitu cahaya dan kegelapan, sesungguhnya kebaikan itu adalah perbuatan dari cahaya sedangkan keburukan itu adalah perbuatan dari kegelapan, maka Qodariyah telah memisahkan asal kebaikan dan keburukan. Berbeda sekali dengan orang-orang yang beriman yang mengatakan kebaikan dan keburukan adalah takdir Allah jalla wa ‘ala yang telah ditetapkan di kitab induk sejak zaman ajaliy. Karena itu rasulullah ‘alaihi sholatu wa salam memerintahkan agar kita beriman terhadap takdir baik dan buruk: قال: “أن تؤمن بالله، وملائكته، وكتبه، ورسله، واليوم الآخر. وتؤمن بالقدر خيره وشره” Artinya: “supaya engkau beriman kepada Allah subhanuhu wa ta’ala, malaikat-Nya, kitab-Nya, rasul-Nya, hari akhir, dan supaya engkau beriman kepada takdir baik dan buruk”. Dalam menyatakan aqidahnya al imam Thohawiy rahimahullah ta’ala mengatakan : وكل شيء يجري بتقديره Artinya: “Dan segala sesuatu mengalir karena takdirnya”. Pernyataan ini dijelaskan oleh fadhilatu syeikh Sholih bin Abdullah al Fauzan rahimahullah ta’ala : لا شك أن كل شيء بتقديره لا يخرج عن تقدير الله من الخير والشر، والطاعة والمعصية، والكفر والإيمان، والمرض والصحة، والغنى والفقر، والعلم والجهل، كل شيء يجري بتقديره، وليس في ملكه شيء لم يقدره ولا يريده. Artinya: “Tidak diragukan lagi bahwasanya segala sesuatu ada karena takdir Allah azza wa jalla, tidaklah luput dari takdir Allah jalla wa ‘ala semua hal-hal yang baik dan yang buruk, keta’atan dan kemaksiatan, kekafiran dan keimanan, sakit dan sehat, kaya dan miskin, berilmu dan bodoh, semuanya mengalir karena takdir Allah jalla wa ‘ala, tidaklah seorang hamba menguasai apa yang tidak ditakdirkan dan yang tidak diinginkan Allah azza wa jalla”. (syarh aqidah Thohawiyah) Tidak seperti yang dikatakan oleh sebagian penceramah yang mengatakan diakhir ceramahnya “yang baik datang dari Allah dan yang jelek datang dari saya” atau “yang benar datang dari Allah dan yang salah datangnya dari saya”. Terlepas dari apa niatnya, ini adalah perkataan yang senada dengan orang yang beri’tiqod bahwa “seorang hamba menciptakan perbuatannya sendiri sedangkan Allah azza wa jalla tidak menciptakan perbuatan seorang hamba”, ini adalah I’tiqod dari madzhab Qodariyah. Karena dalam melakukan suatu perbuatan tentu sebelumnya seseorang telah berkehendak, dan dengan kehendak itulah terjadi suatu perbuatan. Akan tetapi kehendak manusia berada jauh dibawah kehendak Allah jalla wa ‘ala, jika Allah menghedakinya maka apa yang dikehendaki seorang hamba pasti terjadi dan jika Allah jalla wa ‘ala tidak menghendakinya maka tidak akan pernah terjadi apa yang di kehendaki seorang hamba. Karena Allah subhanu wa ta’ala berfirman dalam kitabNya yang mulia : وما تشاءون إلا أن يشاء الله إن الله كان عليماً حكيماً Artinya: “ Tidaklah kalian berkehendak (menempuh suatu jalan) kecuali apa yang Allah kehendaki, sesungguhnya Allah maha mengetahui dan maha bijaksana “. (al insan : 30) وما تشاءون إلا أن يشاء الله رب العالمين Artinya: “Dan tidaklah kalian berkehendak (menempuh suatu jalan) kecuali Allah rab sekalian alam menghendakinya “.(at takwir : 29) Berkata syeikh Sholih bin Fauzan rahimahullah ta’ala tentang ayat ini : فجعل لنفسه مشيئة هي من صفاته، وجعل لعباده مشيئة هي من صفاتهم، وربط مشيئتهم بمشيئته سبحانه، وفي هذا رد على القدرية والجبرية Artinya: “Allah jalla wa ‘ala telah menjadikan kehendak bagi diriNya sendiri karena kehendak adalah sifatNya, Allah jalla wa ‘ala juga telah menjadikan bagi hambanya kehendak karena kehendak juga sifat mereka, dan Allah jalla wa ‘ala mengikat kehendak para hambaNya dengan kehendakNya. Karena itu ayat ini adalah pengingkaran bagi Qodariyah dan Jabariyah (pen. Jabariyah adalah suatu madzhab yang berkeyakinan bahwa manusia tidak usah berkehendak karena kehendak hanya milik Allah subhanahu wa ta’ala dan seorang hamba bergerak tanpa ikhtiyar dan keinginan karena Allah subhanuhu wa ta’ala telah mengaturnya sama seperti bergeraknya alat, ya’ni tanpa kehendak)”. (syarh aqidah Thohawiyah) Maka perkataan yang memisahkan asal dari kebaikan dan keburukan adalah perkataan bathil karena suatu kejadian baik ataupun buruk keduanya adalah takdir yang telah Allah jalla wa ‘ala tetapkan bagi manusia dan rasulullah ‘alaihi sholatu wa salam memerintahkan supaya manusia mengimani takdir baik dan buruk قال: “أن تؤمن بالله، وملائكته، وكتبه، ورسله، واليوم الآخر. وتؤمن بالقدر خيره وشره” Artinya: “supaya engkau beriman kepada Allah subhanuhu wa ta’ala, malaikat-Nya, kitab-Nya, rasul-Nya, hari akhir, dan supaya engkau beriman kepada takdir baik dan buruk”.
Cinta Monyet Part5
3 years ago
3 comments:
salam, saya ada terdengar ceramah dari seorang ustaz dan beliau ada menyebut tentang ayat di bawah ini.
Apa jua kebaikan (nikmat kesenangan) yang engkau dapati maka ia adalah dari Allah; dan apa jua bencana yang menimpamu maka ia adalah dari (kesalahan) dirimu sendiri. Dan Kami telah mengutus engkau (wahai Muhammad) kepada seluruh umat manusia sebagai seorang Rasul (yang membawa rahmat). Dan cukuplah Allah menjadi saksi (yang membuktikan kebenaran hakikat ini). (An-Nisaa' 4:79)
Yang dinamakan Takdir itu yang telah terjadi, yang belum terjadi merupakan hal gaib yang menjadi rahasia Allah.. disinilah berlaku hukum sebab-akibat,..Allah berfirman tdk menzolimi hambanya,artinya si hamba tdk dibebankan sesuatu diluar kemampuannya dan si hamba mendapatkan apa yang diusahakannya,si hamba bertanggung-jawab atas perbuatannya sendiri. Maka hamba wajib berikhtiar,meski ikhtiar hamba hasilnya Allah yg menentukan... Ikhtiar dan hasil ikhtiar hamba itupun kemudian merupakan bagian dari takdirnya...begitu juga yang memilih tdk berikhtiar dan berpedoman melulu berserah diri kepada Allah dan tdk melakukan apa2 kemudian mendapati hidupnya terpuruk dan kesusahan itu merupakan takdirnya, tak berbeda dgn orang yang menganggap semua perbuatannya baik-buruk dari Allah,maka berbuat semaunya lalu mati dalam keadaan maksiat dan masuk neraka maka itu juga merupakan takdirnya...kita memang tdk dapat memilih takdir tapi wajib mengusahakan takdir yang baik bagi kita..karena hukum Allah telah diturunkan dan RasulNya telah diutus sebagai pembeda yg baik dan buruk,..maka pilihan ada ditangan hamba meski ketentuan (hasil) tetap ditangan Allah SWT.
Qodho itu pengetahuan Alloh sejak zama azali, Qadar adalah penulisan pengetahuan alloh tersebut atas semua hal yg akan terjadi dlm kitab lauh mahfudz. Hal baik dn jelek yg kita lakukan atas kehendak kita sendiri yg sdh diketahui Alloh dan ditetapkan dalam kitab di lauh mahfudz, manusia diberi kehendak bebas untuk memilih
Post a Comment